Perlu dipahami bahwa setelah Portugis berhasil menemukan kepulauan
Maluku, perdagangan rempah-rempah semakin meluas. Dalam waktu
singkat Lisabon berkembang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah
di Eropa Barat. Dalam kaitan ini Inggris dapat mengambil keuntungan besar
dalam perdagangan rempah-rempah karena Inggris mendapatkan rempahrempah secara bebas dan relatif murah di Lisabon. Rempah-rempah itu
kemudian diperdagangkan di daerah-daerah Eropa Barat bahkan sampai di
Eropa Utara. Tetapi karena Inggris terlibat konflik dengan Portugis sebagai
bagian dari Perang 80 Tahun, maka Inggris mulai mengalami kesulitan untuk
mendapatkan rempah-rempah dari pasar Lisabon. Oleh karena itu, Inggris
kemudian berusaha mencari sendiri negeri penghasil rempah-rempah. Banyak
anggota masyarakat, para pelaut dan pedagang yang tidak melibatkan diri
dalam perang justru mengadakan pelayaran dan penjelajahan samudra
untuk menemukan daerah penghasil rempah-rempah. Dalam pelayarannya
ke dunia Timur untuk mencari daerah penghasil rempah-rempah, Inggris
sampai ke India. Para pelaut dan pedagang
Inggris ini masuk ke India pada tahun 1600.
Inggris justru memperkuat kedudukannya
di India. Inggris membentuk kongsi dagang
yang diberi nama East India Company (EIC).
Dari India inilah para pelaut dan pedagang
Inggris berlayar ke Kepulauan Nusantara
untuk meramaikan perdagangan rempahrempah. Bahkan pada tahun 1811 pernah
memegang kendali kekuasaan di Tanah
Hindia.
Di samping ekspedisi tersebut, ada beberapa rombongan pelaut Inggris yang
melewati jalur yang pernah ditempuh para pelaut Spanyol. Misalnya kelompok
Pelgrim Father yang merupakan kelompok pelaut Inggris yang menggunakan
Kapal Mayflower. Tahun 1607 kelompok Pilgrim Father berhasil mendarat
di Amerika bagian Utara. Mereka kemudian membangun koloni di Amerika
Utara di Massachusetts.
Rabu, 26 Juni 2019
Inggris XI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar