Rabu, 26 Juni 2019

Mengevaluasi Penjajahan Pemerintah Hindia Belanda XI

 

Tentu kamu sudah akrab dengan gambar-gambar di atas. Gambar itu adalah
gambar tanaman kopi, tembakau, dan tebu. Ketiga jenis tanaman itu sekarang
begitu populer di masyarakat Indonesia. Tembakau adalah bahan utama
untuk rokok. Sementara kopi kini menjadi minuman yang sangat terkenal
di kalangan rakyat Indonesia. Begitu juga tebu sebagai bahan pembuat gula
pasir. Sejak zaman kolonial di Indonesia telah berkembang penanaman kopi,
tembakau dan tebu. Ketiga jenis tanaman telah menjadi bahan ekspor.

Ketiga jenis tanaman tersebut secara historis memiliki arti yang sangat
penting, ditambah dengan tanaman-tanaman yang lain seperti nila dan
karet. Tanaman tersebut telah menjadi tanaman pokok pada masa kolonial
di Indonesia, terutama pada era Tanam Paksa (Cultuurstelsel). Pada masa
itu Indonesia berada di bawah penjajahan pemerintah kolonial Belanda.
Kebijakan Tanam Paksa ini telah menyengsarakan rakyat Indonesia. Nah,
bagaimana kehidupan rakyat pada masa penjajahan pemerintah kolonial,
berikut ini uraiannya tentang “Menganalisis Penjajahan Pemerintah Hindia
Belanda”.
1. Masa Pemerintahan Republik Bataaf
Pada tahun 1795 terjadi perubahan di Belanda. Muncullah kelompok yang
menamakan dirinya kaum patriot. Kaum ini terpengaruh oleh semboyan
Revolusi Perancis: liberte (kemerdekaan), egalite (persamaan), dan fraternite
(persaudaraan). Berdasarkan ide dan paham yang digelorakan dalam Revolusi
Perancis itu maka kaum patriot menghendaki perlunya negara kesatuan.
Bertepatan dengan keinginan itu pada awal tahun 1795 pasukan Perancis
menyerbu Belanda. Raja Willem V melarikan diri ke Inggris. Belanda dikuasai
Perancis. Dibentuklah pemerintahan baru sebagai bagian dari Perancis yang
dinamakan Republik Bataaf (1795-1806). Sebagai pemimpin Republik Bataaf
adalah Louis Napoleon saudara dari Napoleon Bonaparte.
Sementara itu dalam pengasingan, Raja Willem V oleh pemerintah Inggris
ditempatkan di Kota Kew. Raja Willem V kemudian mengeluarkan perintah
yang terkenal dengan “Surat-surat Kew”. Isi perintah itu adalah agar para
penguasa di negeri jajahan Belanda menyerahkan wilayahnya kepada Inggris
bukan kepada Perancis. Dengan “Surat-surat Kew” itu pihak Inggris bertindak
cepat dengan mengambil alih beberapa daerah di Hindia seperti Padang pada
tahun 1795, kemudian menguasai Ambon dan Banda tahun 1796. Inggris
juga memperkuat armadanya untuk melakukan blokade terhadap Batavia.
Sudah barang tentu pihak Perancis dan Republik Bataaf juga tidak ingin
ketinggalan untuk segera mengambil alih seluruh daerah bekas kekuasaan
VOC di Kepulauan Nusantara. Karena Republik Bataaf ini merupakan vassal
dari Perancis, maka kebijakan-kebijakan Republik Bataaf untuk mengatur
pemerintahan di Hindia masih juga terpengaruh oleh Perancis. Kebijakan
yang utama bagi Perancis waktu itu adalah memerangi Inggris. Oleh karena
itu, untuk mempertahankan Kepulauan Nusantara dari serangan Inggris
diperlukan pemimpin yang kuat. Ditunjuklah seorang muda dari kaum patriot
untuk memimpin Hindia, yakni Herman Williem Daendels. Ia dikenal sebagai
tokoh muda yang revolusioner.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar